Syekh Adnan Afyouni adalah salah satu ulama yang sangat di cintai oleh umat islam suriah dan juga umat islam dunia termasuk Indonesia.
Namun menjadi musuh kelompok yang selalu menebar teror dengan mengatasnamakan agama, sehingga beliau dibunuh dengan cara yang sangat keji, kendaraan yang digunakannya dipasangi bom sehingga meledak dan menyebakan beliau syahid sebagai pejuang kebenaran dan perdamaian.
Syekh Adnan Afyouni merupakan ulama yang tawadhu dan berakhlak mulia, Gus Muhammad Nailurrahman (Amak) Ketua PP MDS Rijalul Ansor salah satu murid beliau dalam akun Facebooknya menuliskan: “Saat kami diundang ke rumahnya, kami disayang layaknya anak, kami disambut layaknya tamu kehormatan.
Saat kami ke kantor beliau, kami ditempatkan di kursi yang sama, bergurau bersama, ngopi bersama, seperti tidak ada sekat, seperti se-level, padahal kami adalah santri beliau.
baca juga: Peran Teknologi dalam Pendanaan Teroris
Itulah akhlak beliau yang sangat berkesan, di samping kebijaksanaan dan keilmuan beliau yang sangat mendalam. Beliau adalah salah satu sosok ulama yang mendamaikan, mampu menjaga kebersamaan di tengah perbedaan, di tengah konflik yang carut marut.
Di tengah konflik berkepanjangan, Beliau juga masih memikirkan nasib para pelajar dan para da’i, sehingga beliau memberanikan diri membangun Ma’had Syam ad-Dauly (Cham International Collegue) sebagai pusat pelatihan dan pembekalan para da’i dan para santri dari berbagai penjuru dunia.
Syekh Adnan Afyouni Mufti Damaskus
Syekh Adnan Al-Afyuni adalah Mufti Kota Damaskus Suriah, Anggota dewan majelis Fikih Suriah, Pengasuh Internasional Islamic Centre Syam study anti terorisme dan radikalisme.
Beliau senantiasa menyebarkan pesan-pesan damai, bahkan cenderung tidak bersedia menceritakan konflik suram yang terjadi di negara beliau.
Bagi beliau menceritakan konflik berkepanjangan yang banyak memakan korban dan menyebabkan kesengsaraan penduduk suriyah adalah luka yang jika di ceritakan hanya akan menambah sakit hati mulia beliau.
baca juga: Taliban dan ISIS: Memahami Wajah Publik dan Privat Organisasi Radikal Teroris
Salah satu penterjemah beliau ketika berkunjung ke Aceh tahun 2005 menceritakan dalam akun Facebooknya : “Dalam rangkaian kunjungan dan dakwah Syeikh Adnan Afyouni di Aceh, menjelang tabligh akbar di Mesjid Raya Baiturrahman Banda Aceh.
Salah seorang panitia membisikkan ke saya agar meminta Syeikh Adnan bicara tentang syiah, membicarakan tentang perang di Suriah, dan panitia bersedia menggalang dana untuk dibawa pulang Syeikh agar dapat membantu perjuangan.
Saya waktu itu sudah ragu untuk menyampaikannya, karena saya tahu karakter guru saya ini tidak suka mengobarkan permusuhan, beliau tipikal orang yang suka mendamaikan dan mencari solusi. Tapi apa boleh buat, karena request panitia saya coba sampaikan ke beliau.
Dan ternyata seperti dugaan saya, wajah beliau memerah, saya kena marah, tetapi bahasa beliau tetap lembut. Saya tidak berani lagi menatap beliau, bahkan saya menjadi sangat canggung ketika akan menjadi penerjemah beliau di Mesjid Raya Baiturrahman itu.
Acara tidak dapat ditunda, panitia bertanya bagaimana hasil nya? Saya hanya menjawab saya dimarahi syeikh. Panitia pun terdiam juga.
baca juga: Dinamika Bantuan Kemanusiaan
Saya dan panitia kemudian sama-sama bingung, mencoba menerka apa yang akan disampaikan Syeikh Adnan Afyouni nanti di acara Tabligh Akbar.
Acarapun dimulai dengan zikir, kata sambutan panitia dan perwakilan Ulama Aceh. Lalu masuk acara inti yaitu tausiyah dari Syeikh, saya berdebar menunggu apa yang akan disampaikan, mencoba menerka ke arah mana tema nya, karena saya bertanggung jawab menerjemahkan penyampaian beliau.
Ternyata beliau membuka tausiyah nya dengan ayat dan hadits tentang kasih sayang, tentang persaudaraan, tentang saling menolong sesama saudara seiman untuk masuk ke surga. Semua orang meleleh air matanya, penuh mesjid Raya Baiturrahman dengan jemaah dan semua nya menangis.
Waspada Terorisme Tidak Pernah Berhenti
Syahidnya Syeikh Adnan Afyouni merupakan bukti bahwa kelompok teroris tak pernah berhenti menebar teror sehingga kita tidak boleh lengah dan waspada, ajaran Islam yang damai dan toleran harus terus di gemakan diberbagai kesempatan demi terciptanya kedamaian bersama yang merupakan inti ajaran Islam.
Pesan yang pernah beliau sampaikan kepada saya sesaat setelah beliau tiba di Indonesia November 2018: “Kalau negaramu ingin aman, jagalah Ahlussunnah wal Jama’ah. Maka jagalah Nahdlatul Ulama, karena yang menjaga Ahlussunnah wal Jama’ah di negeri ini adalah NU” tulis Gus Amak dalam akun Fb beliau.