Dinamika Bantuan Kemanusiaan
Peristiwa perobekan ‘brand’ pemberi bantuan oleh sekelompok ormas karena dengan alasan tidak seiman, dan ada orang yang menghentikan konvoi bantuan di tengah jalan dan meminta bantuan diberikan kepada mereka saja, sampai pada isu penolakan relawan karena perbedaan identitas keagamaan di bencana kemanusiaan di Cianjur, muncul narasi-narasi provokatif agar ‘Cianjur gak usah dibantu, biar “mereka yang sama saja” yang membantu’.
Well, berdasarkan apa yang saya alami, membantu orang dalam sebuah tragedi kemanusiaan itu memang tidak simple. Ada banyak sekali kondisi dan situasi yang harus diketahui sebelum turun di lapangan, dan ada juga kebutuhan dan keahlian untuk memastikan bahwa saat di lapangan, tujuan untuk membantu itu bisa tercapai dengan baik, dan tim yang membantu bisa kembali pulang dengan aman, dan selamat.
baca juga: Menyingkap Eksistensi Kelompok Teror Poso
Kondisi psikologis korban bencana, terutama di fase-fase emergency response itu sangat perlu untuk dipertimbangkan. Ini fase di mana semua orang akan merasa, dan mengaku bahwa mereka adalah korban.
Dalam konteks di mana manajemen korban bencana tidak dilakukan oleh pihak yang berkepentingan maka akan terjadi persaingan. Dinamika relasi kuasa akan terlihat dengan jelas.
Bantuan dihentikan di tengah jalan pun merupakan sebuah resiko. Di kejadian Cianjur sebenarnya masih tergolong sangat ringan.
Ketika di Mosul, membawa bantuan dari Erbil ke Mosul sekitar 6 jam harus berhadapan dengan check points dari milisi-milisi yang berbeda-beda, dan semuanya bersenjata, dan semuanya meminta bantuan yang dibawa untuk mereka.
baca juga: Bom Bunuh Diri di Gereja Katedral Makassar dan Aksi Mendulang Pahala
Belum lagi kita memikirkan soal resiko dan bahaya, soal akses dan keamanan, soal crowd control, soal contingency, dan bermacam-macam pertimbangan-pertimbangan lainnya.
Apakah ada penolakan?. Jangankan penolakan, ditodong senjata, disandera, diincar drone pembawa bom rakitan juga pernah. Bahkan ada rekan-rekan yang meninggal, diculik, diperkosa, dijual dari satu kelompok ke kelompok lain juga ada.
Tapi yang tidak pernah terjadi adalah karena satu kasus, lantas mengajak orang/kelompok lain untuk tidak membantu mereka yang benar-benar membutuhkan bantuan.
Ini adalah dinamika dalam humanitarian response.
baca juga: ISIS : Teror Bom Bunuh Diri di Kuil Sikh Kabul Afghanistan
Jadi, jangan sampai karena ada 1 atau 2 kejadian, lantas dijadikan alasan dan provokasi untuk tidak membantu para korban di Cianjur. Saya yakin, sebagian besar orang-orang di Cianjur yang menjadi korban langsung, maupun terdampak bencana beberapa hari lalu akan dengan senang hati menerima bantuan kemanusiaan, dari manapun pemberi bantuan itu, baik pribadi atau kelompok.
Jadi, kalau mau bantu, ya bantulah dengan cermat. Kalau tidak mau, janganlah mengajak orang lain untuk tidak membantu.
diambil dari facebook
Penulis; Alto L