Deradikalisasi berasal dari kata “radikal” dengan imbuhan “de” yang berarti mengurangi atau mereduksi, dan kata “asasi”, di belakang kata radikal berarti proses, cara atau perbuatan.
Jadilah deradikalisasi adalah suatu upaya mereduksi kegiatan-kegiatan radikal dan menetralisasi paham radikal bagi mereka yang terlibat teroris dan simpatisannya serta anggota masyarakat yang telah terekspose paham-paham radikal teroris.
Deradikalisasi merupakan semua upaya untuk mentransformasi dari keyakinan atau ideologi radikal menjadi tidak radikal dengan pendekatan multi dan interdisipliner (agama, sosial, budaya, dan selainnya) bagi orang yang terpengaruh oleh keyakinan radikal. Atas dasar itu, deradikalisasi lebih pada upaya melakukan perubahan kognitif atau memoderasi pemikiran atau keyakinan seseorang.
baca juga: Pembunuhan-Pembunuhan Dalam Khilafah Bani Umayyah di Andalusia.
Menurut Kompol H.Satori Kasubdit Identifikasi Sosial Satgaswil Jabar Datasemen Khusus 88 Anti Teror Polri mengatakan bahwa Deradikalisasi merupakan jalan panjang untuk mengembalikan pelaku teror atau radikal untuk kembali kepangkuan ibu pertiwi Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Menurutnya Datasemen Khusus 88 Anti Teror tidak hanya melakukan pencegahan dan penangkapan terhadap pelaku teror seperti dalam berita-berita baik cetak maupun online, tetapi Densus 88 juga melakukan pendampingan sejak mereka ditangkap disidang kemudian divonis dan pada saat mereka ditahanan sampai mereka dibebaskan dan kembali kemasyarakat Densus 88 masih melakukan pendampingan melalui Subdit Identifikasi Sosial.
Dalam acara podcast di The ambyar Channel Kompol H.Satori mengatakan bahwa terorisme di Indonesia itu seperti sebuah pohon besar yang memiliki banyak akar sehingga proses penumpasan dan pencegahannyapun banyak mengalami kesulitan-kesulitan akan tetapi hal tersebut tidaklah mngendurkan semangat dari Densus 88 demi menjaga Negara Keatuan Republik Indonesia.
baca juga: Kelompok Teroris Jamaah Islamiyah ditangkap Densus 88 di Lampung.
Ketika ditanyakan apakah ada perasaan takut ketika harus tampil didepan media, beliau mengatakan secara manusiawi IYA tapi tugas yang telah diberikan oleh negara haruslah tetap dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab secara jiwa dan raga.
Walapun setiap kali terjadi tindakan terorisme selalu dicap miring bahwa ini adalah pengalihan isu atas pemberitaan ini atau isu ini dan itu. sehingga bagi sebagian asyarakat awam percaya akan isu tersebut. Sekalipun ada beberapa rekan yang gugur karena tugas sebagai satuan Densus 88 akan tetapi hal ini tidak menyurutkan dan mengurangi semangat untuk tetap memberikan ketentraman bagi warga negara Indonesia pungkasnya.
Sebagai penutup dalam podcast tersebut Pesan beliau adalah senantiasa melakukan deteksi dini seperti ketika bertemu dengan teman dan tetangga yang berprilaku eksklusif atau tidak seperti biasanya maka untuk sama-sama mengawasi dan menanyakan perihal tersebut dan bisa melaporkan kepada pihak terkait.
baca juga: Komandan Pasukan ISIS di Afganistan Tewas dibunuh Pasukan Taliban
Belajarlah ilmu dari guru-guru yang benar-benar mengajarkan kebaikan dan bersanad agar tidak menjadi korban cuci otak dan melakukan tindakan radikal bahkan sampai melakukan tindakan teror.
Sebagai warga negara Republik Indonesia patutlah kita bersyukur bahwa Indonesia adalah negara yang kaya subur dan ramah maka marilah kita tetap berpegang teguh kepada Pancasila, Bhineka Tunggal Ika, Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Undang-Undang Dasar 1945 (PBNU).