Spirit Surat Al Muddatsir dalam Mengemban Amanat
Al Mudatsir termasuk salah satu surat yang diturunkan pada periode awal ketika Rasulullah SAW mendapat amanat dan mandat kepercayaan untuk menjadi Rasul, sebuah ayat yang menjadi pemicu semangat Rasulullah SAW dalam menjalankan Amanat kenabian ini.
Diceritakan bahwa Rasulullah sempat mengalami “tekanan mental” atas ketidak percayaan orang-orang sekitar dengan “jabatan” yang beliau emban yang dari Rasulullah saw, bahkan tuduhan miring dan pembunuhan karakter, gencar dilakukan khususnya oleh orang-orang Quraisy yang melihat personalitas Muhammad yang hanya seorang yatim dan “ numpang hidup” pada kakek dan pamannya.
Ketidakpercayaan, underestimate dan upaya-upaya menjatuhkan yang dilakukan secara masif ini ternyata berdampak dan berhasil “menjebol” sisi tangguh Nabi Muhammad saw, belau bingung galau dan tidak dapat berbuat banyak, sampai-sampai beliau menarik diri dari lingkungan masyarakatnya dan memilih berdiam diri dirumah “berselimut” sebagai gambaran menutup diri karena besarnya tekanan mental yang dihadapi.
Dalam kondisi bingung galau dan tidak tahu harus berbuat apa atas besarnya tekanan mental yang dihadapi ini, Jibril datang menyampaikan wahyu surat Al Mudatsir ayat 1-7, sebuah wahyu yang kemudian menjadi Booster energy yang membangkitkan semangat beliau dalam menjalankan amanat mulia ini:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلْمُدَّثِّرُ -١
Hai orang yang berkemul (berselimut),
baca juga: Mewaspadai Doktrin Kelompok Islam Radikal
Ayat pertama ini bisa diambil spirit sebagai penggugah bagi mereka yang mengalami kondisi bingung galau tidak tahu harus berbuat apa atas amanat dan mandat yang baru saja ia terima, Wahai orang yang masih bingung dengan tugas barunya!
قُمْ فَأَنذِرْ
bangunlah, lalu berilah peringatan!
Ayat kedua mengisyaratkan sebuah perintah nyata, Bangkitlah lalu baca, pelajari, fahami dan sampaikan kepada yang lain tentang aturan regulasi yang ada
وَرَبَّكَ فَكَبِّرْ
dan Tuhanmu agungkanlah!
Ayat ketiga memberikan warning bahwa jangan sekali-kali mengabaikan sisi ketuhanan, apapun posisi yang diraih tidaklah lepas dari kehendak dan kuasa Allah, maka dalam menjalankan amanat tersebut tetap harus mengagungkan Allah, tidak boleh menafikan kuasa Allah swt.
وَثِيَابَكَ فَطَهِّرْ
dan pakaianmu bersihkanlah,
pakaian secara harfiah adalah apa yang dipakai untuk membuat seseorang menjadi elok dan berharga diri, tanpa pakaian yang menutupi tubuh, maka seseorang sudah tidak lagi punya harga diri, maka ayat ini mengandung spirit agar dalam mengembankan amanat seseorang harus menjaga integritasnya secara maksimal, karena tanpa integritas posisi yang diembannya hanya akan menjadi bahan ejekan dan cemoohan, bahkan misi utama yang terkait dengan amanat tersebut bisa jadi akan gagal berantakan.
وَٱلرُّجْزَ فَٱهْجُرْ
dan perbuatan dosa tinggalkanlah,
baca juga: Toleransi Khalifah Umar bin Khattab ra
ayat ini mengandung warning keras bahwa dalam menjalankan kepercayaan jangan coba-coba melakukan pelanggaran terhadap regulasi yang ada, jangan utak atik aturan dan jangan bermain main dengan ketentuan
وَلَا تَمْنُن تَسْتَكْثِرُ
dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak.
Pesan yang terkandung pada ayat ini adalah, Jangan mengambil lebih dari apa yang menajadi hak atas mandat yang diterima, janganlah serakah yang justru hanya akan berdampak buruk pada akhirnya.
وَلِرَبِّكَ فَٱصْبِرْ
dan untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu, bersabarlah.
Sebagai penutup, ayat ini menjadi kunci dalam menjalankan sebuah kepercayaan ataupun mandat, “ Dinamika apapun yang terjadi dalam melaksanakan mandat, tetaplah bersabar menghadapinya, jika semua dijalankan dengan baik maka akan berakhir dengan baik.
Penulis : Ketua PPK Ciwaringin
