Dari Abu Bakar Al-Baghdadi ke Abu Ibrahim al-Hashimi al-Quraishi
Bom bunuh diri di Gereja Katedral Makassar dan aksi seorang perempuan yang menyerang mabes polri pada maret 2021 menunjukan bahwa pendukung ISIS masih eksis di beberapa negara termasuk Indonesia.
Kekalahan ISIS pada tahun 2019 akibat serangan Pasukan Democrat Suriah (SDF) yang didukung oleh Amerika Serikat tidak menyurutkan langkah para pendukung negara khilafah dalam melakukan penyerangan terhadap mereka yang di anggap musuh-musuhnya ISIS.
Di tahun 2019 selain terambil alihnya kekuasaan ISIS di Suriah oleh pasukan SDF, ISIS juga kehilangan pemimpinnya yaitu Abu Bakar Al-Baghdadi yang tewas akibat serangan SDF, setelah tewasnya Abu Bakar Al-Baghdadi roda kepemimpinan ISIS di isi oleh Abu Ibrahim al-Hashimi al-Quraishi, seorang pria kelahiran tahun 1976.
baca juga: Bahaya Penyempitan Makna Jihad
Sebutan al-Quraishi di akhir namanya menunjukkan bahwa ia digambarkan sebagai keturunan suku Quraish, garis keturunan yang dianggap oleh ISIS sebagai prasyarat untuk menjadi seorang khalifah.
Nama Abu Ibrahim al-Hashimi al-Qurayshi tidak dikenal di kalangan komunitas lembaga anti-terorisme dunia. Kemungkinan pula, al-Qurayshi bukan nama asli, melainkan sebuah nom de guerre atau nama perang.
Jejak-jejak Abu Ibrahim al-Hashimi al-Quraishi mulai terkuak
Jejak-jejak Abu Ibrahim al-Hashimi al-Quraishi mulai terkuak. The Washington Post (08/04/2021) memberitakan bagaimana masa lalu Abu Ibrahim al-Hashimi al-Quraishi, Dalam laporan interogasi rahasia, tahanan Irak M060108-01 menyebutkan bahwa Abu Ibrahim al-Hashimi al-Quraishi merupakan tahanan Amerika di Irak.
Ia juga kerap memberikan informasi kepada Amerika Serikat terutama informasi tentang saingan dalam organisasinya, yang saat itu dikenal sebagai Negara Islam Irak. Dari dokumen laporan rahasia milik AS tersebut diketahui nama asli dari Abu Ibrahim al-Hashimi al-Quraishi adalah Amir Muhammad Sa’id Abd-al-Rahman al-Mawla.
baca juga: Mewaspadai Doktrin Kelompok Islam Radikal
Dalam sebuah interogasi pada tahun 2008, Abu Ibrahim al-Hashimi al-Quraishi memberikan arahan yang tepat tentang bagaimana menemukan markas rahasia sayap media kelompok pemberontak, sampai ke warna pintu depan dan waktu kantor akan ditempati.
Ketika ditanya tentang pemimpin nomor 2 kelompok itu (seorang Swedia kelahiran Maroko bernama Abu Qaswarah) Abu Ibrahim al-Hashimi al-Quraishi menggambar peta kompleks pria itu dan memberikan nama kurir pribadi Abu Qaswarah. Beberapa minggu setelah pengungkapan itu, tentara AS membunuh Abu Qaswarah dalam serangan di kota Mosul, Irak.
Selain itu, kerja sama Abu Ibrahim al-Hashimi al-Quraishi dengan pasukan Amerika termasuk membantu sketsa tokoh dari tersangka terorisme teratas, dan mengidentifikasi restoran dan kafe tempat teman-teman lamanya berkumpul.
Hal yang dilakukan oleh Abu Ibrahim al-Hashimi al-Quraishi (memberikan informasi kepada AS) memiliki dua tujuan, pertama menyelamatkan nyawanya sendiri, kedua bisa dikatakan Abu Ibrahim al-Hashimi al-Quraishi ini memanfaatkan AS untuk menghabisi rival-rivalnya dalam organisasi ekstrimis.
Amerika menawarkan hadiah 10 juta USD
baca juga: Mencegah Inkubasi Terorisme di Lembaga Pendidikan
Al-Qurashi ditahan pada akhir 2007 atau awal 2008 dengan catatan interogasi dihentikan pada Juli 2008. Namun dalam dokumen tersebut tak menyebutkan kapan dia dibebaskan AS.
Secara resmi pemerintah Amerika belum berkomentar atas bocornya dokumen tentang sosok pemimpin baru ISIS tersebut. Sosok al-Qurashi kini jadi buron, di mana Amerika menawarkan hadiah 10 juta USD untuk informasi yang mengarah pada penangkapannya.
Kini Abu Ibrahim al-Hashimi al-Quraishi sedang mengatur strategi untuk masa depan ISIS sebab ia mewarisi ISIS yang terpecah-belah dan kini berubah menjadi (organisasi) sel-sel tidur yang tersebar dengan personel sekitar 14.000 – 18.000 orang, termasuk sekitar 3.000 militan asing