Ancaman terorisme bisa terjadi kapan saja dan dimana saja. Kelengahan pemerintah dan masyarakat menjadi modal besar bagi mereka untuk melakukan serangan.
Percepatan teknologi yang kita semua rasakan juga berimbas pada berkembang pesatnya jaringan teror internasional. Selama ini kita hanya disuguhkan berbagai macam muatan berita tentang bom bunuh diri, penculikan dan pembunuhan oleh kelompok teror. Tetapi hal tersebut sebenarnya hanya menggambarkan beberapa aksi teror mainstream saja.
baca juga: Empat WNA Asal Uzbekistan Jaringan Teroris Internasional di Tangkap Densus 88
Menurut beberapa pengamat terorisme ada 6 taktik dasar yang dilancarkan oleh kelompok teror, yaitu: membajak (hijacking), penculikan (kidnapping), pengeboman (bombings), pembunuhan (assassination), serangan bersenjata (armed assasults) dan juga penyanderaan (hostage).
Semua itu adalah hal dasar yang bisa mereka lakukan dimana saja. Tetapi seiring berjalannya waktu. Motif, target dan metode yang digunakan akan berevolusi sejalan dengan efektifitas dan dampak dari sebuah serangan. Ini juga berimbas pada proses analisa, pemetaan dan deteksi dini yang akan jauh lebih complex dan rumit.
baca juga: Kelompok Teroris Jamaah Islamiyah ditangkap Densus 88 di Lampung.
Besar kemungkinan dengan penggunaan sistem komputasi untuk menjalankan suatu sistem secara otomatis, kelompok teror tidak lagi menyerang dengan bom, tetapi mereka akan menarget sistem vital suatu negara untuk dilumpuhkan. Dalam situasi seperti ini, infrastruktur vital seperti kelistrikan, komunikasi, perbankan, jaringan dan lainnya sangat berpotensi untuk menjadi target penyerangan teroris maupun kejahatan cyber lainnya.