Menyingkap Eksistensi Kelompok Teror Poso
Pergerakan terorisme merupakan masalah yang hampir menjadi problem bagi seluruh negara di dunia tak terkecuali indonesia. Di usia 74 tahun bangsa ini merdeka rentetan peristiwa teror sering kita jumpai di headline news media online maupun cetak
Aksi teror bukan semata hanya kesenangan atau kepuasan bagi pelakunya, justru aksi tersebut biasanya dilakukan secara gerilya dengan target suatu tujuan yaitu terwujudnya Khilafah Islamiyah & Daulah Islamiyah dan juga kemenangan Islam atas kafir di muka bumi.
Sebagian besar kelompok teror yang ada di indonesia menunjukan eksistensinya dengan aksi bom bunuh diri dengan target lokasi, tempat yang mayoritas dikunjungi oleh turis luar negeri, terutama orang barat.
Serta tempat-tempat yang berhubungan dengan simbol-simbol agama tertentu atau Gereja. Bahkan sekarang ini mereka menarget polisi dan instansi negara.
baca juga: Mencegah Inkubasi Terorisme di Lembaga Pendidikan
Konflik Poso dan Terorisme
Peristiwa teror pasca transisi orde baru rata-rata terjadi di seluruh daerah. Poso dan wilayah sekitarnya telah menjadi arena teroris dengan intensitas yang tergolong tinggi dibandingkan dengan daerah-daerah lain di tanah air.
Karakteristik teror yang terjadi selama ini memicu konflik-konflik horisontal dan vertikal.
Konflik horisontal bernuansa Suku, Agama, Ras, dan Antar-golongan (SARA) tergelar dengan membenturkan perbedaan yang ada di dalam masyarakat.
Konflik Poso dan terorisme ibarat dua sisi mata uang. Teroris beraksi melahirkan konflik di Poso dan konflik yang tergelar menciptakan habitat bagi teroris.
baca juga: Bom Bunuh Diri di Gereja Katedral Makassar dan Aksi Mendulang Pahala
Beberapa daerah telah dijadikan arena oleh teroris seperti Bali, Maluku, dan Poso di provinsi Sulawesi Tengah. Peledakan bom di Pasar Tentena pada Sabtu pagi 28 Mei 2005 (Kompas, 29/5/2005) memakan korban 21 meninggal dan 53 terluka.
Bom kedua di Pasar Daging Maesa Kota Palu pada penutupan tahun 2005 tepatnya 31 Desember 2005 pagi, memakan korban 7 orang meninggal di tempat, 50 terluka seirus dan beberapa diantara korban itu kondisinya sangat kritis (Jawa Pos, 1/1/2006).
Selain itu, penembakan, penculikan, pembantaian, dan sabotase dengan korban yang tek terhitung lagi jumlahnya, menambah deretan jumlah korban orang-orang tak bersalah di Sulawesi Tengah. Belum banyak yang diketahui apa sebenarnya target-target yang dikehendaki oleh para pelaku.