Al Mihnah kisah Radikalisme atas Nama Agama
Al-qur’an adalah kitab pemersatu umat islam yang diyakini oleh seluruh umat islam sebagai rujukan paling utama dalam kehidupan mereka. sehingga Al-Qur’an memiliki posisi paling penting sebagai rujukan dalam kehidupan keberagamaan umat islam.
Pentingnya posisi Al-Quran di mata kaum muslimin ini pada sisi lain kadang dijadikan sebagai alat legitimasi tindakan radikalisme bahkan terorisme dan pembunuhan atas nama agama. Hal itu tidak hanya terjadi sekarang-sekarang ini, namun sering terjadi sepanjang sejarah perjalanan Islam.
Salah satu peristiwa radikalisme atas nama agama adalah kisah Al Mihnah yang terjadi pada masa dinasti Abbasiyah Ketika Khalifah Al Makmun berkuasa (198 – 218 H/813 -833 M.)
baca juga: Mewaspadai Doktrin Kelompok Islam Radikal
Khalifah Al Makmun pada dasarnya sangat menyukai ilmu pengetahuan, kecintaannya pada ilmu pengetahuan dibuktikannya dengan meningkatkan fungsi Baitul Hikam -sebuah tempat kajian keagamaan yang didirikan oleh Harun Al rasyid.
Sebagai lembaga penterjemahan buku-buku dari berbagai disiplin ilmu, tempat kajian dan perguruan tinggi pertama dalam dunia islam sehingga berhasil menghantarkan daulah Abbasiyah meraih era keemasannya.
Kecintaan Al Makmun pada ilmu pengetahuan ternyata memiliki sisi kelam dalam sejarah Radikalisme atas nama agama. Ia menjadikan Mu’tazilah sebuah aliran teologi islam yang berlandaskan logika sebagai madzhab resmi negara dan melakukan berbagai intimidasi bahkan kekerasan serta pembunuhan terhadap siapapun yang menolak paham ini