Dari segi market audience, mereka tahu betul tentang interest audience di Indonesia. Video bertema religi yang membahas masalah sehari-hari, adalah salah satu yang memiliki pasar audience sangat besar. Sayangnya tema tersebut sebagian besar dikuasai oleh video mereka. Dalam artian, jika seseorang mencari solusi agama atas masalah sehari-hari di YouTube, maka kemungkinan besar yang akan ditampilkan dalam beranda YouTube adalah video-video buatan mereka ini.
Sekarang ini channel atau ceramah dari ustadz yang tidak provokatif sangat tertinggal. Ironisnya lagi, banyak dari pengguna yang justru menyerang dengan komentar hate speech. Bukan hanya satu atau dua, tetapi mereka membanjiri kolom komentar dengan narasi provokatif.
baca juga: Al Mihnah Kisah Radikalisme atas Nama Agama
Pemanfaatan internet oleh kelompok radikal terbukti dikelola dengan sangat-sangat baik. Imbas dari penyebaran paham radikal melalui internet, sudah banyak menuai hasil. Dari hasil survey yang dilakukan oleh Sholahuddin dengan mewawancarai napi terorisme, menunjukan adanya perbedaan yang signifikan dalam hal terpaparnya paham radikal.
Jika pada tahun 2000-an, proses radikalisasi seseorang memakan waktu hingga bertahun-tahun, tapi napiter tahun 2010 hingga sekarang hanya butuh hitungan bulan saja untuk menjadikan seseorang radikal. Sholahuddin menuturkan, media sosial merupakan sarana utama dalam percepatan ideologisasi radikal.
penulis muhammad